Rabu, 09 November 2011

Apakah campak dapat menyebabkan komplikasi?


Sub-acute Sclerosing Pan Encephalitis (SSPE)
Nurcholid Umam K

Definisi
SSPE adalah ensefalitis yang progresif, merusak dan mematikan yang biasanya menyerang pada anak-anak dan remaja, berhubungan dengan infeksi campak (rubeola), biasanya karena infeksi menetap virus campak yang resisten terhadap sistem imun. Nama lainnya adalah Subacute sclerosing leukoencephalitis atau Dawson’s encephalitis.
Penyebab
Biasanya, virus campak tidak menyebabkan kerusakan otak, tetapi sebuah respon imun yang abnormal terhadap campak atau mungkin bentuk mutasi tertentu dari virus dapat menyebabkan penyakit berat dan kematian. Hal ini menyebabkan otak mengalami inflamasi (bengkak dan iritasi) yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
SSPE telah dilaporkan di seluruh dunia, tetapi di negara-negara barat masih merupakan penyakit yang jarang. Kurang dari 10 kasus dilaporkan pertahun di Amerika Serikat, penurunan yang sangat drastis setelah adanya program imunisasi nasional. Namun pada beberapa negara seperti India, lebih dari 20 kasus SSPE dilaporkan per sejuta penduduk. SSPE cenderung terjadi beberapa tahun setelah seseorang terkena campak, walaupun tampaknya orang tersebut sembuh total dari penyakitnya. Laki-laki lebih banyak terserang dibanding perempuan dan penyakit biasanya terjadi pada anak atau remaja. 1 dari 100.000 orang yang terinfeksi campak akan mengalami SSPE.
Gejala Klinism
Biasanya didahului dengan riwayat infeksi campak pada umur kurang dari 2 tahun yang kemudian diikuti oleh beberapa tahun tanpa gejala (rata-rata 6-15 tahun) dan secara bertahap terjadi deteriorasi psikoneurologis yamng progresif, yang terdiri dari gangguan kepribadian, kejang, myoclonus, ataxia, fotosensitivitas, abnormalitas mata, spastisitas dan koma.
Progresivitasnya dimulai dari stage 1-pada stage ini perilaku individual mulai abnormal dan rapuh, dapat berupa iritabel dan gangguan kepribadian. Biasanya disertai dengan kehilangan ingatan dan deteriorasi mental yang ditandai dengan kesulitan berpikir. Seiring dengan hilangnya kemampuan system syaraf dalam mengontrol gerakan, anak tersebut akan mengalami spasme/jerk myoklonik (biasanya terlihat sebgai gerakan involunter dan spasme di ekstremitas). Setelah memasuki stage 2, intensitas spasme dan deteriorasi mental bertambah. Spasme dapat berkembang menjadi ketidakmampuan untuk berjalan. Anak kadang mengalami gangguan bicara dan meningkatnya penurunan  komprehensif dengan disfagia. Akhirnya pada stage lanjut akan mengalami penurunan fungsi tubuh dengan meningkatnya intensitas stage 2 dan kebutaan. Pada stage akhir anak akan mengalami bisu dan atau koma.
Berikut adalah gejala-gejala yang mungkin muncul pada SSPE:
§  Perilaku yang aneh
§  Demensia (kehilangan kecerdasan atau pola pikir yang sehat, emosi dan kemampuan bersosialisasi)
§  Koma
§  Perubahan perilaku bertahap
§  Myoklonik jerk (jerking atau spasme otot yang cepat)
§  Masalah di sekolah
§  Kejang
§  Cara jalan yang tidak normal
§  Otot yang sangat tegang atau tonusnya lemah dengan kelemahan pada kedua kaki
Pemeriksaan dan diagnosis
Mungkin ada riwayat terkena campak pada anak yang belum divaksinasi. Pemeriksaan fisik dapat menemukan:
§  Kerusakan pada nervus optikus yang bertanggung jawab untuk penglihatan.
§  Kerusakan retina
§  Kedutan otot
§  Gagal pada test koordinasi gerakan/motorik
Pemeriksaan berikut dapat dilakukan:
§  EEG
§  MRI otak
§  Titer antibody serum untuk mencari infeksi campak sebelumnya
§  Lumbal pungsi


Pengobatan
Progresivitas virus seharusnya dapat didiagnosis pada stage 1 ( atau pada akhir stage 1 dan awal stage 2).  Tidak ada pengobatan untuk SSPE tetapi beberapa antivirus dapat memperlambat progresivitas penyakit. Jika diketahui pada awal penyakit, penderita mungkin masih bias merespon terapi dan mencegah kambuhnya gejala dengan minum obat seumur hidup. Dapat diberikan imunomodulator interferon. Ribavirin dan inosin pranobex dapat digunakan sebagai antivirus spesifik. Kombinasi yang dapat diberikan adalah:
-        Inosine pranobex oral (oral Isoprinosine) dikombinasikan dengan interferon alfa intratekal atau intraventrikular.
-        Inosine pranobex oral (oral isoprinosin) dikombinasikan dengan interferon beta.
-        Interferon alfa intratekal dikombinasikan dengan ribavirin intravena.
Prognosis
Anak dengan penyakit ini biasanya meninggal dunia 1 atau 2 tahun setelah terdiagnosis, tetapi beberapa tetap hidup untuk waktu yang lama. Penyakit ini hampir selalu mematikan.
Komplikasi
Menjelang kematian biasanya terjadi:
  • Perubahan tingkah laku
  • Demensia
  • Stupor dan Koma
  • Kejang dan muncul beberapa luka

Daftar Pustaka
  1. Anlar B, Saatci I, Kose G, Yalaz K. MRI findings in subacute sclerosing panencephalitis. Neurology 1996; 47:1278-83
  2. Bonthius D, Stanek N, Grose C (2000). "Subacute sclerosing panencephalitis, a measles complication, in an internationally adopted child". Emerg Infect Dis 6 (4): 377–81. doi:10.3201/eid0604.000409. PMID 10905971. PMC 2640885. http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol6no4/bonthius.htm. 
  3. Britt WJ. Slow viruses. In: Feigin R, Cherry J, editors. Textbook of pediatric infectious diseases. 4th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1998; p. 646-65.
  4. Hostetter MK. Infectious diseases in internationally adopted children: Findings in children from China, Russia, and Eastern Europe. Adv Pediatr Infect Dis 1999; 14: 147-61.
  5. Maldonado YA. Rubeola virus (measles and subacute sclerosing panencephalitis). In: Long SS, Pickering LK, Prober CG, eds. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases. 2nd ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill Livingstone; 2003:chap 227
  6. Notifiable diseases/deaths in selected cities. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2000; 48:1183-90.
  7. PeBenito R, Naqvi SH, Arca MM, Schubert R. Fulminating subacute sclerosing panencephalitis: Case report and literature review. Clin Pediatr 1997; 36:149-54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar