Kamis, 10 November 2011

Aplasi sel darah merah


Pure red cell aplasia (Aplasi sel darah merah murni)
Oleh: Nurcholid Umam K

Pure red cell aplasia (PRCA) didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana prekursor sel darah merah di sumsum tulang hampir tidak ada, sementara megakaryosit dan prekursor leukosit normal (Schick, 2009), sehingga individu yang terkena tidak dapat memproduksi sel darah merah atau eritrosit.. Pada 1922, Kaznelson menemukan dan menyadari hal ini sebagai suatu hal yang berbeda dari anemia aplastik. PRCA terdapat dalam beberapa bentuk, dan bentuk yang paling umum ada adalah kondisi yang dapat sembuh sendiri. PRCA yang didapat sering kronik dan berhubungan dengan penyakit yang mendasari seperti thymoma dan penyakit autoimun. Sebuah kasus PRCA kongenital pertama kali dideskripsikan oleh Joseph pada tahun 1936 dan oleh Diamond-Blackfan pada tahun 1938. PRCA kongenital adalah kelainan yang akan diderita seumur hidup dan berhubungan dengan abnormalitas fisik. Baik PRCA kongenital maupun yang didapat biasanya tidak respon dengan terapi.

Patofisiologi
Prekursor eritroid di sumsum tulang adalah target utama pada PRCA. Sebagai hasilnya, pasien dapat berkembang menjadi anemia normoblastik normokromik dan tidak adanya retikulosit yang tampak (Perdahl, 1994).
Jejas pada sel stem intra uterin diyakini merupakan etiologi dari sekitar 90% kasus kongenital PRCA (misalnya sindrom Diamond-Blackfan). Teori ini berdasar bukti bahwa PRCA kongenital sering berhubungan dengan abnormalitas fisik secara acak, sementara jarang merupakan kelainan familial atau berhubungan dengan abnormalitas kromosomal. Bagaimanapun juga, riwayat keluarga dengan PRCA telah terdeteksi pada sekitar 10% pasien dengan PRCA congenital (Da Costa, 2001).
Bentuk yang akut dan self limited biasanya merupakan akibat sekunder dari virus dan kegagalan perbaikan akibat obat (drug induce) pada sel-sel progenitor eritroid. Bentuk kronis yang didapat dari PRCA berhubungan dengan thymoma dan penyakit autoimun. Kerusakan pada progenitor eritroid atau sel prekursor muncul sebagai immune mediated dan T cell mediated. Pada keduanya baik akut maupun kronis yang didapat, sel yang terpengaruh adalah progenitor yang telah berdiferensiasi dari sel stem dan dapat mengekspresikan erythropoietin (EPO) reseptor. Kemudian, tidak seperti pada PRCA kongenital, sel stem biasanya bukan merupakan target pada PRCA akut dan didapat.
Yang menarik, PRCA dapat diinduksi oleh FeLV-C/Sarma, sebuah retrovirus pada kucing, dan telah diajukan sebagai system model untuk mempelajari PRCA. Sebagai tambahan, anjing dapat mengalami PRCA yang merespon terapi imunosupresi (Schick, 2009).
Frekuensi
PRCA akut transient merupakan bentuk yang paling umum. Bagaimanapun juga, frekuensinya masih belum dijelaskan dengan baik karena PRCA yang disebabkan drug induce dan virus biasanya self limited dan biasanya pasien tidak mencari pengobatan. Bentuk yang didapat dan berhubungan dengan thymoma dan penyakit autoimun relative jarang. Sejak 1936, ketika kelainan ini dilaporkan, ratusan kasus PRCA kongenital telah dilaporkan (Bunn, 2002).
Terapi
Keputusan untuk memondokkan pasien atau rawat jalan tergantung dari keadaan klinis dan kemampuan untuk melakukan evaluasi, perawatan dan transfusi di luar rumah sakit. Sampai saat ini jenis terapi yang dapat digunakan masih belum memberikan hasil yang memuaskan. PRCA yang self limited tidak memerlukan terapi karena akan membaik sendiri sementara yang kronis dan tidak membaik biasanya membutuhkan transfusi dan berbagai macam obat tergantung dari penyebabnya. Kortikosteroid, IVIG, obat-obat imunosupresif dan sitotoksik, plasmapharesis serta transplantasi stem cell dapat menjadi alternatif terapi.

DAFTAR PUSTAKA
Bunn HF. Drug-induced autoimmune red-cell aplasia. N Engl J Med. Feb 14 2002;346(7):522-3. 
Casadevall N, Nataf J, Viron B, et al. Pure red-cell aplasia and antierythropoietin antibodies in patients treated with recombinant erythropoietin. N Engl J Med. Feb 14 2002;346(7):469-75. 
Charles RJ, Sabo KM, Kidd PG, Abkowitz JL. The pathophysiology of pure red cell aplasia: implications for therapy. Blood. Jun 1 1996;87(11):4831-8. 
Da Costa L, Willig TN, Fixler J, Mohandas N, Tchernia G. Diamond-Blackfan anemia. Curr Opin Pediatr. 2001;13:10–15
D'Arena G, Vigliotti ML, Dell'Olio M, et al. Rituximab to treat chronic lymphoproliferative disorder-associated pure red cell aplasia. Eur J Haematol. Mar 2009;82(3):235-9
Dessypris EN. Aplastic anemia and pure red cell aplasia. Curr Opin Hematol. Mar 1994;1(2):157-61.
El-Beshlawy, A, Ibrahim, I.Y, Rizk, S, Eid, K. Study of 22 Egyptian Patients With Diamond-Blackfan Anemia, Corticosteroids, and Cyclosporin Therapy Results. Pediatrics 2002;110;e44
eMedicine.medscape.com
Erslev AJ, Soltan A. Pure red-cell aplasia: a review. Blood Rev. Mar 1996;10(1):20-8. 
Freedman MH. Pure red cell aplasia in childhood and adolescence: pathogenesis and approaches to diagnosis. Br J Haematol. Oct 1993;85(2):246-53. 
Helbig G, Stella-Holowiecka B, Krawczyk-Kulis M, et al. Successful treatment of pure red cell aplasia with repeated, low doses of rituximab in two patients after ABO-incompatible allogeneic haematopoietic stem cell transplantation for acute myeloid leukaemia. Haematologica. Nov 2005;90 Suppl:ECR33.
Herbert KE, Prince HM, Westerman DA. Pure red-cell aplasia due to parvovirus B19 infection in a patient treated with alemtuzumab. Blood. Feb 15 2003;101(4):1654
Hirokawa M, Sawada K, Fujishima N, et al. Acquired pure red cell aplasia associated with malignant lymphomas: a nationwide cohort study in Japan for the PRCA Collaborative Study Group. Am J Hematol. Mar 2009;84(3):144-8. 
Musso M, Porretto F, Crescimanno A, et al. Donor lymphocyte infusions for refractory pure red cell aplasia relapsing after both autologous and nonmyeloablative allogeneic peripheral stem cell transplantation. Bone Marrow Transplant. Apr 2004;33(7):769-71
Nathan DG, Sieff CA. Pure red-cell aplasia. N Engl J Med. Jun 24 1999;340(25):2004; discussion 2005. 
Perdahl EB, Naprstek BL, Wallance WC, Lipton JM. Erythroid failure in Diamond-Blackfan anemia is characterized by apoptosis. Blood. 1994;83: 645–650
Rabitsch W, Knobl P, Greinix H, et al. Removal of persisting isohaemagglutinins with Ig-Therasorb immunoadsorption after major ABO-incompatible non-myeloablative allogeneic haematopoietic stem cell transplantation. Nephrol Dial Transplant. Nov 2003;18(11):2405-8
Sawada K, Hirokawa M, Fujishima N. Diagnosis and management of acquired pure red cell aplasia. Hematol Oncol Clin North Am. Apr 2009;23(2):249-59. 
Thompson DF, Gales MA. Drug-induced pure red cell aplasia. Pharmacotherapy. Nov-Dec 1996;16(6):1002-8. 
Wong KF, Kwong YL. Pure red cell aplasia: its clinical association and treatment. Blood. Oct 15 1996;88(8):3244-5. 
Zecca M, De Stefano P, Nobili B, Locatelli F. Anti-CD20 monoclonal antibody for the treatment of severe, immune-mediated, pure red cell aplasia and hemolytic anemia. Blood. Jun 15 2001;97(12):3995-7. 
Zimmer J, Regele D, de la Salle H. Pure red-cell aplasia. N Engl J Med. Jun 24 1999;340(25):2004-5
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar