PENYEBAB
HFMD atau dikenal
juga dengan sebutan PTKM (Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus RNA yang masuk dalam family Picornaviridae , genus
Enterovirus, terutama virus Coxsackie Grup A, khususnya tipe A16. Di
dalam famili Picornaviridae , terbagi menjadi genus Enterovirus dan
Rhinovirus. Di dalam genus Enterovirus, terdiri dari Poliovirus, tipe
1-3; Coxsackievirus kelompok A, tipe 1-24 (tidak ada tipe 23);
Coxsackievirus kelompok B, tipe 1-6; Echovirus, tipe 1-34 (tidak ada
tipe 10 dan tipe 28); dan Enterovirus, tipe 68-71. Enterovirus
adalah penghuni sementara saluran pencernaan manusia dan dapat
diisolasi dari tenggorokan atau usus bawah. Enterovirus yang bersifat
sitopatogenik (Poliovirus, Echovirus, dan beberapa Coxsackievirus),
pertumbuhannya dapat segera terjadi pada suhu 36 o
C sampai 37 o
C dalam biakan primer sel ginjal manusia dan monyet. Coxsackievirus
yang termasuk dalam genus Enterovirus, terbagi menjadi kelompok A dan
B. Coxsackievirus kelompok A serotipe tertentu menyebabkan penyakit
herpangina; Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM); dan
konjungtivitas hemoragik akut. Coxsackievirus kelompok B dapat
menyebabkan penyakit pleurodinia, miokarditis, perikarditis, dan
meningoensefalitis. Penyebab HFMD yang paling sering pada pasien
rawat jalan adalah Coxsackievirus A16, sedangkan yang memerlukan
perawatan karena keadaannya lebih berat atau timbul komplikasi sampai
menyebabkan pasien meninggal disebabkan oleh Enterovirus 71.
Virus yang termasuk
genus Enterovirus, menular lewat mulut atau tenggorokan. Virus
menular pada jaringan mukosal dari tenggorokan, usus, atau keduanya,
akhirnya masuk ke dalam aliran darah dan meningkatkan akses ke dalam
sel dan menetapkan target organ tubuh, misalnya sumsum tulang
belakang, miokardium, dan kulit. Virus umumnya berada di dalam
tenggorokan selama 1 minggu pertama dari atau saat sakit dan terdapat
pada feses dari 1-4 minggu setelah serangan penyakit; saat itu virus
tersebut sudah dapat diisolasi dari urat saraf tulang belakang, otak,
hati, dan pada kulit yang luka.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit Tangan,
Kaki, dan Mulut (PTKM) yang disebabkan oleh Coxsackievirus A16 ini,
sangat menular dan sering terjadi pada musim panas. PTKM adalah
penyakit yang sering terjadi pada kelompok masyarakat yang
berpenduduk padat dan umumnya menyerang anak-anak berusia antara 2
minggu sampai 5 tahun (kadang sampai 10 tahun). Orang dewasa jarang
menderita penyakit tersebut karena daya tahan tubuhnya lebih kuat,
walau kadang orang dewasa bisa juga terserang penyakit ini.
Penularannya melalui jalur fekal-pral (pencernaan) dan saluran
pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur,
tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi
cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui
barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang
terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa
(“carrier”) seperti lalat dan kecoa. Kontak dalam keluarga
merupakan sumber utama infeksi Coxsackievirus A16 ini. Begitu virus
sudah masuk dalam keluarga, semua orang yang rentan dalam keluarga
tersebut biasanya terkena infeksi, meskipun tidak semuanya memiliki
gejala klinis yang nyata. Penyakit ini memberi imunitas spesifik,
namun anak dapat terkena PTKM lagi oleh virus strain Enterovirus
lainnya. Masa Inkubasi Coxsackievirus A16 ini adalah 2 – 5 hari.
MANIFESTASI
KLINIS
Masa prodromal
ditandai dengan panas subfebris, anoreksia, malaise dan nyeri
tenggorokan yang timbul 1-2 hari sebelum timbul enantem. Enantem
adalah manifestasi yang paling sering pada PTKM. Lesi dimulai dengan
vesikel yang cepat menjadi ulkus dengan dasar eritem, ukuran 4-8 mm
yang kemudian menjadi krusta, terdapat pada mukosa bukal dan lidah
serta dapat menyebar sampai palatum uvula dan pilar anterior tonsil.
Eksantema tampak sebagai vesiko pustul berwarna putih keabu-abuan,
berukuran 3-7 mm terdapat pada lengan dan kaki, pada permukaan dorsal
atau lateral, pada anak sering juga terdapat di bokong. Lesi dapat
berulang beberapa minggu setelah infeksi, jarang menjadi bula dan
biasanya asimptomatik, dapat terjadi rasa gatal atau nyeri pada lesi.
Lesi menghilang tanpa bekas.
GEJALA
Mula-mula demam
tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu
makan, pilek, gejala seperti flu pada umumnya yang tak mematikan.
Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti
sariawan (lidah, gusi, pipi sebelah dalam) terasa nyeri sehingga
sukar untuk menelan. Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau
vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel
yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam
(makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri
dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
PENGOBATAN
1.
Istirahat yang cukup
2.
Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara
simptomatik saja berdasarkan keadaan klinis yang ada
3.
Dapat diberikan:
Immunoglobulin
IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus
Extracorporeal
membrane oxygenation.
Pengobatan
simptomatik:
·
Antiseptik di daerah mulut
·
Analgesik, misalnya parasetamol
·
Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum karena demam
·
Pengobatan suportif lainnya (misalnya gizi)
Penyakit ini adalah
“self limiting diseases”, yaitu dapat sembuh dengan sendirinya,
dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh
menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan
komplikasi tersebut diatas. Anak yang menderita penyakit ini harus
tetap mandi, namun ketika menggosok tubuh dengan sabun harus perlahan
agar bintil berairnya tidak pecah. Bila demam penderita sangat
tinggi, dapat dibantu dengan kompres dan obat penurun panas. Jika
bagian kulit yang terdapat ruam dan bintil berair terasa gatal, dapat
ditaburi dengan bedak pengurang rasa gatal. Bintil yang pecah dapat
diberi salep antibiotik untuk mencegah menyebarnya infeksi. Pasien
yang tidak mau makan dan minum, tubuhnya akan menjadi kekurangan
cairan (dehidrasi), sehingga rentan terhadap infeksi yang lebih
berat. Untuk pasien seperti itu, maka perlu dirawat di rumah sakit
agar mendapat terapi cairan yang cukup. Dalam jumlah kecil, juga
terdapat pasien yang mengalami komplikasi yang cukup berat yaitu
ensefalitis (radang selaput otak). Pasien HFMD dengan ensefalitis
memiliki gejala demam yang terus menerus tinggi dan hilang kesadaran.
Bila seperti itu, maka harus segera dibawa ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat agar pasien bisa mendapatkan perawatan yang
memadai dan intensif.
PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit ini sering
terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan
penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan
lingkungan; kebersihan (Higiene dan Sanitasi) lingkungan maupun
perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya
membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan
penderita, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang
memungkinkan terkontaminasi. Selalu waspada dan segera berobat
apabila anak tidak mau makan-minum, muntah terus-menerus dan selalu
mengantuk tapi anak sukar dibangunkan. Anak yang terserang penyakit
ini bisa dipertinggi daya tahan tubuhnya dengan tetap makan secara
teratur, dengan gizi yang baik, makanan hendaknya cukup mengandung
protein dan kalori. Dianjurkan minum sebanyak mungkin, terutama sari
buah segar, sekaligus untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral
anak yang terserang penyakit ini, sebaiknya sari buah yang diberikan
berupa jus buah, seperti jus jambu, jeruk, mangga atau apel. Bila
perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash
sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena
ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala
hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan. Di Rumah sakit,
“Universal Precaution ” harus dilaksanakan. Penyakit ini belum
dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi).
*Disarikan dari berbagai sumber oleh Nurcholid Umam K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar