Senin, 07 November 2011

HIV/AIDS...Global warning!!

Sekelumit tentang HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan kelompok Retroviridae dari genus Lentivirus. Virus ini hidup menyerang sel-sel kekebalan manusia yang mempunyai antigen CD4+, sebagian besar adalah limfosit T-helper, dan sebagian kecil monosit, makrofag, dan sel dendritik. Akibatnya, orang dengan infeksi HIV rentan terhadap infeksi, yang sebagian besar bersifat oportunistik atau dari flora normal tubuhnya sendiri. Acquired Immunodeficiency Disease Syndrome (AIDS) adalah tahap lanjut dari infeksi HIV, yaitu tahap di mana terjadi infeksi, keganasan, dan malnutrisi akibat sangat berkurangnya fungsi kekebalan tubuh.
World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih kurang 60 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus HIV pada akhir tahun 2010, lebih kurang 3 juta di antaranya adalah pasien anak kurang dari 15 tahun. Sebanyak 90% anak dengan infeksi HIV ditemui di negara berkembang.
Sumber penularan yang terbanyak pada anak (95%) adalah melalui transmisi vertikal. Pada pasien ini, ibu juga menderita infeksi HIV, yang tidak terdeteksi pada saat kehamilan. Risiko penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi akan semakin besar apabila (1)ibu tidak mendapat obat antiretroviral sebelum dan selama kehamilan (2) Viral load ibu tinggi (3) Jumlah absolut CD4+ ibu rendah (4) Persalinan spontan (5) Ketuban pecah dini lebih dari 4 jam (6) bayi tidak mendapat antiretroviral setelah lahir (7) pemberian ASI. Pasien ini memiliki beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan transmisi vertikal yaitu ibu tidak pernah mendapat obat anti-retroviral sebelum dan selama hamil, bayi tidak mendapat obat anti-retroviral setelah lahir, persalinan terjadi spontan, dan pemberian ASI selama lebih kurang 6 bulan. Risiko penularan vertical (mother to child transmission: MTCT) pada kasus ini sebesar 20-35%
Pada patogenesis infeksi HIV, penularan infeksi ini dapat terjadi melalui beberapa hal yaitu: (1) kontak seksual, dengan risiko tinggi pada multiple sex intercourse, homoseksual, dan lesbian (2) penularan melalui jarum suntik, terutama pada pengguna obat psikotropika dengan jarum suntik (3) penularan melalui produk darah yang terkontaminasi (4) transmisi vertikal dari ibu ke anak. Bila kita melihat riwayat keluarga dan faktor risiko yang telah digali, sumber pertama infeksi HIV pada keluarga ini kemungkinan besar berasal dari sang ayah dengan riwayat pengguna narkoba (iv drug user).
Transmisi vertikal yang terjadi selama proses perinatal maupun postnatal dapat terjadi melalui 3 jalur: (1) intrauterin, jarang terjadi (2) proses persalinan (3) melalui ASI. Transmisi intrauterin dapat menyebabkan manifestasi awal saat neonatus. Transmisi melalui proses persalinan dan menyusui akan memberikan manifestasi yang lanjut, rata-rata terjadi pada masa anak-anak awal (sekitar umur 2-3 tahun), seperti yang terjadi pada pasien ini. Transmisi melalui ASI paling tinggi terjadi pada 6 minggu pertama (66%).Dampak buruk dari penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah apabila (1) Terdeteksi lebih dini, (2) Terkendali (Ibu melakukan perilaku hidup sehat, ibu mendapatkan ARV profilaksis secara teratur, ibu melakukan ANC teratur, petugas kesehatan menerapkan pencegahan infeksi sesuai standar), (3) Pemilihan persalinan yang aman (sectio caesaria lebih menurunkan risiko dibanding partus pervaginam), (4) Pemberian PASI (susu formula) yang memenuhi persyaratan AFASS, (5) Pemantauan ketat tumbuh kembang bayi dan balita dari ibu dengan HIV positif, (6) Adanya dukungan yang tulus dan perhatian yang berkesinambungan kepada ibu, bayi dan keluarganya.

*Disarikan dari berbagai sumber oleh Nurcholid Umam K

Tidak ada komentar:

Posting Komentar