Sabtu, 17 Desember 2011

Hidup Berdampingan Dengan Bencana


Oleh: Nurcholid Umam K*

Beberapa tahun belakangan ini, bencana sering terjadi di negeri kita. Indonesia merupakan salah satu negeri yang terletak di pertemuan 3 lempeng utama bumi yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Lempeng ini bertemu tepat di sekitar kepulauan Sulawesi - Maluku dan memanjang ke berbagai arah sebagai sesar aktif, ke timur di sepanjang kepulauan Papua, ke utara hingga ke kepulauan Filipina, ke laut Banda membelok ke barat melewati kepulauan NTT, NTB, Kepulauan Sumbawa, Flores, Bali, Jawa hingga Sumatera. Konsekuensi letak geografis ini maka Indonesia memiliki ribuan gunung api yang selalu aktif, jajaran perbukitan ribuan kilometer yang berpotensi longsor dan yang paling sering terjadi adalah gempa bumi akibat pergeseran lempeng-lempeng tersebut yang selalu aktif bergerak sepanjang waktu.
Konsekuensi ini menyebabkan 280 juta penduduk Indonesia mendapatkan dua hal, yang pertama berkah alam berupa kesuburan tanah yang tiada bandingan dan yang kedua adalah bencana alam yang mengancam setiap saat. Saat ini usaha-usaha untuk menekan potensi bencana terus dilakukan, tetapi tidak semua bencana dapat dikendalikan karena sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memperkirakan bencana dengan akurat, terutama untuk tanah longsor dan gempa bumi.
Langkah bijak yang dapat kita ambil adalah siap hidup berdampingan dengan bencana. Tidak berarti kita menyerah, tetapi justru bersahabat dengan alam untuk lebih mendalami lagi sifat-sifat alam karena biasanya alam menampakkan gejala-gejalanya jika terdapat ketidaksetimbangan lingkungan atau jika akan terjadi suatu bencana. Jika kita bersahabat dengan alam maka alam juga akan bersahabat dengan kita.
Berikut kita akan mencoba menggali bagaimana hidup berdampingan dengan bencana.
  1. Memperhatikan gejala alam
Alam telah menyediakan segalanya untuk umat manusia. Selain menyediakan sumberdaya untuk dapat dikonsumsi, alam juga menyediakan tanda-tanda bahaya yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia dalam mengenali bencana alam yang akan terjadi. Hal ini memang sulit dilakukan di perkotaan karena tidak ada lagi hal-hal yang alami. Beberapa gejala alam yang dapat kita perhatikan adalah:
  1. Debit air sungai dan reservoir air
Sungai telah lama menjadi patokan datangnya musim kemarau dan penghujan. Bencana kemarau berkepanjangan dapat ditandai dengan keringnya air sungai dan reservoir air seperti sumur. Jika sumur mulai kering dan sungai mulai berkurang volume airnya maka bersiaplah untuk membuat penampungan air untuk persediaan dan memperdalam sumur. Hematlah penggunaan air bersih dan carilah sumber air alternatif di sekitar tempat tinggal Anda. Jika hujan mulai turun, perhatikan volume air sungai. Jika volume air sungai meningkat dengan cepat, bersiaplah menghadapi banjir. Buatlah talud-talud di pinggir sungai untuk mencegah longsor. Jangan membangun rumah di bantaran sungai. Bersihkan selokan dan parit-parit di sekitar rumah kita selama musim hujan untuk mencegah banjir.
  1. Langit
Selain sebagai penanda adanya mendung sebelum hujan, langit dapat juga menjadi penanda akan datangnya badai dan gempa. Walaupun belum banyak bukti ilmiah, langit dengan awan yang berbentuk tegak lurus ke bumi, sering menandakan akan adanya gempa bumi. Bentuk awan seperti ini terlihat di kota Kobe di Jepang sebelum datangnya gempa bumi besar di tahun 1995, oleh karena itu sering disebut dengan awan Kobe dan sempat muncul juga sebelum gempa di Jogjakarta dan Nias. Bentuk awan yang bergumpal-gumpal hitam dan tampak rendah, biasanya menandakan akan datangnya badai atau angin topan. Mendung dengan petir juga harus diwaspadai. Penangkal petir sangat bermanfaat dipasang di rumah-rumah yang berada di bukit-bukit, lapangan terbuka atau di sabana (padang rumput).
  1. Tumbuh-tumbuhan
Pepohonan di sekitar kita bisa menjadi penanda akan adanya bencana. Daun pohon yang mengering dan meranggas menandakan datangnya musim kemarau.

  1. Perhatikan perilaku binatang
Perilaku binatang kadang sangat bermakna sebagai penanda. Anda yang tinggal di lereng gunung atau bukit, perhatikan binatang-binatang liar di sekitar Anda. Jika banyak binatang liar yang turun meninggalkan daerah lereng bagian atas, kemungkinan akan terjadi erupsi gunung berapi atau adanya kebakaran hutan di lereng tersebut. Kucing dan anjing yang terlihat gelisah kadang menjadi penanda akan adanya gempa bumi atau banjir. Perhatikan kolam ikan Anda, jika ikan terlihat gelisah dan selalu di permukaan, banyak cacing tanah yang keluar ke permukaan dan ular mulai bermunculan di permukaan tanah, waspadalah dengan gempa bumi.

  1. Usahakan konservasi alam
Jika Anda tinggal di perkotaan atau di tempat yang padat penduduk, tanda-tanda alam menjadi sangat sukar diamati. Usahakan konservasi alam di sekitar rumah Anda. Bersihkan parit dan sungai dari tumpukan sampah. Buatlah reservoir air sebanyak mungkin di tempat-tepat yang dapat diakses masyarakat banyak. Buatlah taman-taman kota dan pertahankan daerah resapan air. Tanamlah pohon-pohon besar di sepanjang jalan dan di pemukiman penduduk.
  1. Rajinlah mengikuti prakiraan cuaca
Acara prakiraan cuaca di televisi atau radang kadang menjadi sajian yang terlewatkan begitu saja padahal akan sangat bermanfaat jika kita perhatikan apa yang akan terjadi di wilayah kita. Badan Meteorologi dan Geofisika akan memberikan peringatan datangnya bencana yang bisa diprediksi seperti adanya badai, gelombang pasang dan hujan volume tinggi lewat media.
  1. Perhatikan siklus musim
Musim di Indonesia hanya terdiri dari musim hujan dan kemarau. Hal ini lebih mempermudah kita memperhatikan pergantian musim walaupun akhir-akhir ini akibat pemanasan global dan mencairnya es di kutub, menyebabkan pergeseran musim dan ketidak pastian kapan datangnya musim yang baru. Pergantian musim harus kita persiapkan dengan matang agar tidak menjadi bencana baik kekeringan, kurangnya bahan pangan, banjir atau penyakit. Beberapa penyakit akan menjadi endemis ketika musim berganti. Pergantian musim kemarau ke musim hujan dan sebaliknya biasanya menjadi ledakan penyakit demam berdarah dan influenza. Malaria akan melonjak ketika rawa-rawa mulai terisi air. Anthrax mulai menetas sporanya dan terbang bersama debu pada musim kemarau. TBC menjadi mudah berkembang biak ketika udara lembab.
  1. Perhatikan kejadian bencana di sekitar Anda
Semakin berkembangnya informasi global, memudahkan Anda untuk memperhatikan kejadian bencana di sekitar tempat tinggal Anda untuk bisa dipelajari siklusnya dan diwaspadai datangnya serta diminimalisir jatuhnya korban. Beberapa bencana seperti banjir, kemarau panjang dan epidemi penyakit dapat diketahui siklusnya sehingga dapat diantisipasi.
  1. Ikutilah penyuluhan, pelatihan dan seminar-seminar tentang bencana
Saat ini banyak sekali penyuluhan, seminar dan pelatihan tentang bencana yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun LSM. Ikutilah materi yang sesuai dengan daerah Anda tinggal. Buatlah catatan-catatan penting dan sampaikan ke seluruh anggota keluarga. Simpanlah alamat dan nomor telpon pembicara untuk dapat mengadakan korespondensi tentang masalah bencana yang Anda hadapi.
  1. Bacalah buku-buku tentang penanggulangan bencana
Belilah buku-buku tentang penanggulangan bencana dan bacalah bersama seluruh anggota keluarga. Pilihlah buku-buku yang sederhana dan ringan untuk dapat dipahami seluruh anggota keluarga.
  1. Ajarilah keluarga Anda tentang bencana
Jika sempat, sisihkan sebagian waktu Anda bersama keluarga untuk mengenal tentang bencana dan belajar bersama. Pelajarilah bagaimana mengenali bencana, cara menolong diri sendiri, menolong anggota keluarga lain, menggunakan alat-alat darurat dan melakukan pertolongan pertama (P3K) bagi korban yang luka.
  1. Berlatihlah untuk keadaan gawat darurat
Jangan lupa, sebagai langkah antisipasi, berlatihlah untuk keadaan gawat darurat di rumah. Buatlah simulasi apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. Buatlah simulasi bencana yang sesuai dengan kerawanan di daerah Anda masing-masing. Buatlah prosedur penyelamatan diri untuk seluruh anggota keluarga termasuk pembantu rumah tangga, buatlah skenario penyelamatan diri jika terjadi bencana dan jika ayah ibu tidak ada di rumah. Buatlah prioritas apa yang harus dilakukan lebih dulu serta apa saja yang harus diselamatkan. Ajarilah untuk melakukan penyelamatan dengan berbagai macam cara, ajari juga untuk melakukan pengobatan luka-luka dan penanganan patah tulang sementara, ajarkan juga cara-cara pijatan jantung paru (resusitasi) serta nafas buatan, berlatihlah sampai bisa.
  1. Bentuklah kelompok penanggulangan bencana
Sebagai langkah antisipasi, ajaklah tetangga Anda untuk berdiskusi bersama dan berlatih jika ada bencana. Jika dapat, bentuklah kelompok penanggulangan bencana dengan tetanga-tetangga Anda. Lebih baik lagi jika dapat difasilitasi oleh Ketua RT setempat agar lebih terorganisir. Belilah secara patungan alat-alat yang berharga mahal seperti perahu karet, generator listrik, tenda untuk mengungsi, sleeping bag, lampu emergency, pesawat HT dan buatlah pelatihan dengan mengundang tim SAR atau pakar bencana untuk berlatih bersama.
  1. Persiapkan peralatan darurat
Peralatan darurat yang harus dimiliki setiap keluarga adalah lampu senter, jas hujan/ponco, pisau lipat, korek api gas, cadangan makanan instant, cadangan air bersih, pakaian, selimut dan alas tidur.
  1. Persiapkan alat komunikasi dan transportasi
Alat komunikasi dan transportasi merupakan hal vital yang harus disiapkan oleh setiap keluarga. Periksalah selalu telepon seluler Anda agar tetap terisi baterainya dan tersedia pulsanya untuk digunakan dalam keadaan darurat. Simpanlah nomor-nomor darurat seperti nomor dokter keluarga, rumah sakit terdekat, kantor polisi, pemadam kebakaran, kantor kelurahan, tim SAR dan nomor penting lain yang dapat Anda hubungi dalam keadaan darurat. Tempelkan nomor-nomor penting ini di dekat telepon rumah Anda agar semua anggota keluarga dapat membacanya. Alat transportasi menjadi sangat penting dalam keadaan darurat. Jika Anda mempunyai mobil atau motor, yakinkan bahwa kendaraan Anda siap dipakai setiap saat. Jika Anda tidak memiliki kendaraan sendiri, pastikan Anda dapat mengakses nomor telepon taksi atau ojek di sekitar Anda. Jangan lupa, motor atau mobil milik tetangga Anda bisa dipinjam untuk keadaan darurat, lebih baik lagi jika di lingkungan Anda bergiliran menyediakan kendaraan untuk keadaan darurat.
  1. Persiapkan jalur evakuasi dan tempat pengungsian
Anda yang tinggal di daerah lereng gunung berapi yang aktif, daerah banjir, daerah pantai yang rawan tsunami dan daerah yang rawan kebakaran, jalur evakuasi merupakan hal yang penting. Buatlah kesepakatan dengan tetangga-tetangga Anda untuk memilih tempat pengungsian yang aman. Di daerah gunung berapi, buatlah papan penunjuk jalan jalur evakuasi, pilihlah daerah lapang yang berjarak paling tidak 7-10 km sebagai tempat pengungsian. Di daerah banjir, pilihlah daerah yang cukup tinggi dan lapang untuk menampung pengungsi. Bekerjasamalah dengan pihak kepolisian dan TNI untuk keadaan darurat.

Demikian beberapa tips cara hidup berdampingan dengan bencana. Semoga dengan persiapan yang bagus, kita dapat mencegah keluarga kita menjadi korban akibat bencana.

* Penulis adalah praktisi klinis dan pemerhati masalah bencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar