Oleh: Nurcholid Umam K*
Beberapa tahun belakangan ini, bencana
sering terjadi di negeri kita. Indonesia merupakan salah satu negeri yang
terletak di pertemuan 3 lempeng utama bumi yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng
Pasifik dan Lempeng Eurasia. Lempeng ini bertemu tepat di sekitar kepulauan Sulawesi
- Maluku dan memanjang ke berbagai arah sebagai sesar aktif, ke timur di
sepanjang kepulauan Papua, ke utara hingga ke kepulauan Filipina, ke laut Banda
membelok ke barat melewati kepulauan NTT, NTB, Kepulauan Sumbawa, Flores, Bali,
Jawa hingga Sumatera. Konsekuensi letak geografis ini maka Indonesia memiliki
ribuan gunung api yang selalu aktif, jajaran perbukitan ribuan kilometer yang
berpotensi longsor dan yang paling sering terjadi adalah gempa bumi akibat
pergeseran lempeng-lempeng tersebut yang selalu aktif bergerak sepanjang waktu.
Konsekuensi ini menyebabkan 280 juta
penduduk Indonesia mendapatkan dua hal, yang pertama berkah alam berupa
kesuburan tanah yang tiada bandingan dan yang kedua adalah bencana alam yang
mengancam setiap saat. Saat ini usaha-usaha untuk menekan potensi bencana terus
dilakukan, tetapi tidak semua bencana dapat dikendalikan karena sampai saat ini
belum ada teknologi yang dapat memperkirakan bencana dengan akurat, terutama
untuk tanah longsor dan gempa bumi.
Langkah bijak yang dapat kita ambil adalah
siap hidup berdampingan dengan bencana. Tidak berarti kita menyerah, tetapi
justru bersahabat dengan alam untuk lebih mendalami lagi sifat-sifat alam karena
biasanya alam menampakkan gejala-gejalanya jika terdapat ketidaksetimbangan
lingkungan atau jika akan terjadi suatu bencana. Jika kita bersahabat dengan
alam maka alam juga akan bersahabat dengan kita.
Berikut kita akan mencoba menggali
bagaimana hidup berdampingan dengan bencana.
- Memperhatikan
gejala alam
Alam telah
menyediakan segalanya untuk umat manusia. Selain menyediakan sumberdaya untuk
dapat dikonsumsi, alam juga menyediakan tanda-tanda bahaya yang dapat dijadikan
pedoman bagi manusia dalam mengenali bencana alam yang akan terjadi. Hal ini
memang sulit dilakukan di perkotaan karena tidak ada lagi hal-hal yang alami.
Beberapa gejala alam yang dapat kita perhatikan adalah:
- Debit air
sungai dan reservoir air
Sungai telah lama
menjadi patokan datangnya musim kemarau dan penghujan. Bencana kemarau
berkepanjangan dapat ditandai dengan keringnya air sungai dan reservoir air
seperti sumur. Jika sumur mulai kering dan sungai mulai berkurang volume airnya
maka bersiaplah untuk membuat penampungan air untuk persediaan dan memperdalam
sumur. Hematlah penggunaan air bersih dan carilah sumber air alternatif di
sekitar tempat tinggal Anda. Jika hujan mulai turun, perhatikan volume air
sungai. Jika volume air sungai meningkat dengan cepat, bersiaplah menghadapi
banjir. Buatlah talud-talud di pinggir sungai untuk mencegah longsor. Jangan
membangun rumah di bantaran sungai. Bersihkan selokan dan parit-parit di
sekitar rumah kita selama musim hujan untuk mencegah banjir.
- Langit
Selain sebagai
penanda adanya mendung sebelum hujan, langit dapat juga menjadi penanda akan
datangnya badai dan gempa. Walaupun belum banyak bukti ilmiah, langit dengan
awan yang berbentuk tegak lurus ke bumi, sering menandakan akan adanya gempa
bumi. Bentuk awan seperti ini terlihat di kota Kobe di Jepang sebelum datangnya
gempa bumi besar di tahun 1995, oleh karena itu sering disebut dengan awan Kobe
dan sempat muncul juga sebelum gempa di Jogjakarta dan Nias. Bentuk awan yang
bergumpal-gumpal hitam dan tampak rendah, biasanya menandakan akan datangnya
badai atau angin topan. Mendung dengan petir juga harus diwaspadai. Penangkal
petir sangat bermanfaat dipasang di rumah-rumah yang berada di bukit-bukit,
lapangan terbuka atau di sabana (padang rumput).
- Tumbuh-tumbuhan
Pepohonan di
sekitar kita bisa menjadi penanda akan adanya bencana. Daun pohon yang
mengering dan meranggas menandakan datangnya musim kemarau.
- Perhatikan
perilaku binatang
Perilaku binatang
kadang sangat bermakna sebagai penanda. Anda yang tinggal di lereng gunung atau
bukit, perhatikan binatang-binatang liar di sekitar Anda. Jika banyak binatang
liar yang turun meninggalkan daerah lereng bagian atas, kemungkinan akan
terjadi erupsi gunung berapi atau adanya kebakaran hutan di lereng tersebut.
Kucing dan anjing yang terlihat gelisah kadang menjadi penanda akan adanya
gempa bumi atau banjir. Perhatikan kolam ikan Anda, jika ikan terlihat gelisah
dan selalu di permukaan, banyak cacing tanah yang keluar ke permukaan dan ular
mulai bermunculan di permukaan tanah, waspadalah dengan gempa bumi.
- Usahakan
konservasi alam
Jika Anda tinggal
di perkotaan atau di tempat yang padat penduduk, tanda-tanda alam menjadi
sangat sukar diamati. Usahakan konservasi alam di sekitar rumah Anda. Bersihkan
parit dan sungai dari tumpukan sampah. Buatlah reservoir air sebanyak mungkin
di tempat-tepat yang dapat diakses masyarakat banyak. Buatlah taman-taman kota
dan pertahankan daerah resapan air. Tanamlah pohon-pohon besar di sepanjang
jalan dan di pemukiman penduduk.
- Rajinlah
mengikuti prakiraan cuaca
Acara prakiraan
cuaca di televisi atau radang kadang menjadi sajian yang terlewatkan begitu
saja padahal akan sangat bermanfaat jika kita perhatikan apa yang akan terjadi
di wilayah kita. Badan Meteorologi dan Geofisika akan memberikan peringatan
datangnya bencana yang bisa diprediksi seperti adanya badai, gelombang pasang
dan hujan volume tinggi lewat media.
- Perhatikan
siklus musim
Musim di Indonesia
hanya terdiri dari musim hujan dan kemarau. Hal ini lebih mempermudah kita
memperhatikan pergantian musim walaupun akhir-akhir ini akibat pemanasan global
dan mencairnya es di kutub, menyebabkan pergeseran musim dan ketidak pastian
kapan datangnya musim yang baru. Pergantian musim harus kita persiapkan dengan
matang agar tidak menjadi bencana baik kekeringan, kurangnya bahan pangan,
banjir atau penyakit. Beberapa penyakit akan menjadi endemis ketika musim
berganti. Pergantian musim kemarau ke musim hujan dan sebaliknya biasanya
menjadi ledakan penyakit demam berdarah dan influenza. Malaria akan melonjak
ketika rawa-rawa mulai terisi air. Anthrax mulai menetas sporanya dan terbang
bersama debu pada musim kemarau. TBC menjadi mudah berkembang biak ketika udara
lembab.
- Perhatikan
kejadian bencana di sekitar Anda
Semakin
berkembangnya informasi global, memudahkan Anda untuk memperhatikan kejadian
bencana di sekitar tempat tinggal Anda untuk bisa dipelajari siklusnya dan
diwaspadai datangnya serta diminimalisir jatuhnya korban. Beberapa bencana
seperti banjir, kemarau panjang dan epidemi penyakit dapat diketahui siklusnya
sehingga dapat diantisipasi.
- Ikutilah
penyuluhan, pelatihan dan seminar-seminar tentang bencana
Saat ini banyak
sekali penyuluhan, seminar dan pelatihan tentang bencana yang diselenggarakan
baik oleh pemerintah maupun LSM. Ikutilah materi yang sesuai dengan daerah Anda
tinggal. Buatlah catatan-catatan penting dan sampaikan ke seluruh anggota
keluarga. Simpanlah alamat dan nomor telpon pembicara untuk dapat mengadakan
korespondensi tentang masalah bencana yang Anda hadapi.
- Bacalah
buku-buku tentang penanggulangan bencana
Belilah buku-buku
tentang penanggulangan bencana dan bacalah bersama seluruh anggota keluarga.
Pilihlah buku-buku yang sederhana dan ringan untuk dapat dipahami seluruh
anggota keluarga.
- Ajarilah
keluarga Anda tentang bencana
Jika sempat, sisihkan
sebagian waktu Anda bersama keluarga untuk mengenal tentang bencana dan belajar
bersama. Pelajarilah bagaimana mengenali bencana, cara menolong diri sendiri,
menolong anggota keluarga lain, menggunakan alat-alat darurat dan melakukan
pertolongan pertama (P3K) bagi korban yang luka.
- Berlatihlah
untuk keadaan gawat darurat
Jangan lupa,
sebagai langkah antisipasi, berlatihlah untuk keadaan gawat darurat di rumah.
Buatlah simulasi apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. Buatlah
simulasi bencana yang sesuai dengan kerawanan di daerah Anda masing-masing.
Buatlah prosedur penyelamatan diri untuk seluruh anggota keluarga termasuk
pembantu rumah tangga, buatlah skenario penyelamatan diri jika terjadi bencana
dan jika ayah ibu tidak ada di rumah. Buatlah prioritas apa yang harus
dilakukan lebih dulu serta apa saja yang harus diselamatkan. Ajarilah untuk
melakukan penyelamatan dengan berbagai macam cara, ajari juga untuk melakukan
pengobatan luka-luka dan penanganan patah tulang sementara, ajarkan juga cara-cara
pijatan jantung paru (resusitasi) serta nafas buatan, berlatihlah sampai bisa.
- Bentuklah
kelompok penanggulangan bencana
Sebagai langkah
antisipasi, ajaklah tetangga Anda untuk berdiskusi bersama dan berlatih jika
ada bencana. Jika dapat, bentuklah kelompok penanggulangan bencana dengan
tetanga-tetangga Anda. Lebih baik lagi jika dapat difasilitasi oleh Ketua RT
setempat agar lebih terorganisir. Belilah secara patungan alat-alat yang
berharga mahal seperti perahu karet, generator listrik, tenda untuk mengungsi,
sleeping bag, lampu emergency, pesawat HT dan buatlah pelatihan dengan
mengundang tim SAR atau pakar bencana untuk berlatih bersama.
- Persiapkan
peralatan darurat
Peralatan darurat
yang harus dimiliki setiap keluarga adalah lampu senter, jas hujan/ponco, pisau
lipat, korek api gas, cadangan makanan instant, cadangan air bersih, pakaian,
selimut dan alas tidur.
- Persiapkan
alat komunikasi dan transportasi
Alat komunikasi
dan transportasi merupakan hal vital yang harus disiapkan oleh setiap keluarga.
Periksalah selalu telepon seluler Anda agar tetap terisi baterainya dan
tersedia pulsanya untuk digunakan dalam keadaan darurat. Simpanlah nomor-nomor
darurat seperti nomor dokter keluarga, rumah sakit terdekat, kantor polisi,
pemadam kebakaran, kantor kelurahan, tim SAR dan nomor penting lain yang dapat
Anda hubungi dalam keadaan darurat. Tempelkan nomor-nomor penting ini di dekat
telepon rumah Anda agar semua anggota keluarga dapat membacanya. Alat
transportasi menjadi sangat penting dalam keadaan darurat. Jika Anda mempunyai
mobil atau motor, yakinkan bahwa kendaraan Anda siap dipakai setiap saat. Jika
Anda tidak memiliki kendaraan sendiri, pastikan Anda dapat mengakses nomor
telepon taksi atau ojek di sekitar Anda. Jangan lupa, motor atau mobil milik
tetangga Anda bisa dipinjam untuk keadaan darurat, lebih baik lagi jika di
lingkungan Anda bergiliran menyediakan kendaraan untuk keadaan darurat.
- Persiapkan
jalur evakuasi dan tempat pengungsian
Anda yang tinggal
di daerah lereng gunung berapi yang aktif, daerah banjir, daerah pantai yang
rawan tsunami dan daerah yang rawan kebakaran, jalur evakuasi merupakan hal
yang penting. Buatlah kesepakatan dengan tetangga-tetangga Anda untuk memilih
tempat pengungsian yang aman. Di daerah gunung berapi, buatlah papan penunjuk
jalan jalur evakuasi, pilihlah daerah lapang yang berjarak paling tidak 7-10 km
sebagai tempat pengungsian. Di daerah banjir, pilihlah daerah yang cukup tinggi
dan lapang untuk menampung pengungsi. Bekerjasamalah dengan pihak kepolisian
dan TNI untuk keadaan darurat.
Demikian beberapa tips cara hidup
berdampingan dengan bencana. Semoga dengan persiapan yang bagus, kita dapat
mencegah keluarga kita menjadi korban akibat bencana.
* Penulis adalah
praktisi klinis dan pemerhati masalah bencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar