Kamis, 29 Desember 2011

Inisiasi Menyusu Dini (IMD), apa itu?

Kapan saatnya bayi menyusu pada ibunya? Ternyata secepatnya. Saat ini telah banyak dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi yang baru lahir. Benarkah IMD perlu?
INISIASI Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu).
Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi. 

Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini
  1. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
  2. Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan, akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani operasi caesar.
  3. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.
  4. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
  5. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
  6. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.
  7. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.
  8. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
  9. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.
Sumber gambar:http://niniksaja.wordpress.com/2010/10/22/inisiasi-menyusu-dini-imd-awal-sempurna-untuk-asi-eksklusif/

Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
  1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).
  2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
  3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
  4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan.
  5. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
  6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
  7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
  8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:
  • Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
  • Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
  • Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar. 

Apa saja manfaat ASI?



Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.

1.Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum
  • Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
  • Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
  • Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
  • Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

Komposisi ASI
  • ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
  • ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
  • Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
  • Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
  • Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

2. Aspek Imunologik
  • ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
  • Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
  • Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
  • Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
  • Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
  • Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik
  • Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
  • Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
  • Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan
  • Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
  • Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

5. Aspek Neurologis
  • Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis
  • Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

7. Aspek Penundaan Kehamilan
  • Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

Sumber: Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI,2001

10 langkah keberhasilan menyusui


Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, baik Pemerintah maupun Swasta diminta menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui.
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, tersebut yaitu :

1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.
2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan talaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur 2 tahun.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan di ruang bersalin.
5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.

Deteksi dini tumbuh kembang anak



A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan(development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
B. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal dan masa postnatal.
Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan. Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode. Periode pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari dilanjutkan masa bayi yaitu sampai usia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 – 6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan, namun ketika masuk dalam masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 – 10 tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak perempuan memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertasa pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.



C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor “bio-fisiko-psiko-sosial” yang secara garis besar dibagi menjadi faktor prenatal dan postnatal.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
  1. Faktor genetik
  2. Faktor lingkungan pranatal
  3. Faktor lingkungan pascanatal
  • Faktor biologis
  • Faktor lingkungan fisik
  • Faktor psikososial
  • Faktor keluarga dan adat istiadat
Perkembangan Emosi
Perkembangan emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan perasaan seseorang, bisa berupa malu, takut, iri, marah, kecewa, dan sebagainya. Bagian otak tempat pengendalian diri, pemahaman dan respon yang bijaksana terus tumbuh sampai akhir masa pubertas, kurang lebih usia enam belas sampai delapan belas tahun. Kebiasaan mengelola emosi yang berulang-ulang pada masa ini akan memperkuat sambungan syaraf di otak sehingga sinyal yang diterima semakin banyak. Sambungan yang kuat ini akan menjadi permanen ketika anak menjadi dewasa nanti. Memang otak manusia terus berkembang selama hidupnya, tetapi akan lebih sulit memberikan pelajaran yang bersifat korektif pada anak ketika mereka sudah dewasa. Anak yang sudah trauma sulit sekali dikembalikan pada kondisi normal. Orang tua harus berhati-hati memberikan pengalaman pada anak di masa kritisnya. Pengalaman yang diterima anak sangat berpengaruh pada masa depannya nanti.
D. Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri. Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan. Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah:
1) Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
2) Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara
spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).

Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama.
Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II (Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah. Sektor bahasa meliputi kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan, dan gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat sektor tersebut, itu perilaku anak juga dinilai secara umum untuk memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.
E. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.
1. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.
Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya. Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural.
Tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.
2. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.
3. Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku. Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas.
4. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi social dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Autism adalah kelainan neurobiologist yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.
F. Penutup
Apabila terdapat suatu masalah dalam proses tumbuh kembang, maka yang akan berakibat terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh kembang yang sesuai dengan usianya. Apabila gangguan ini berlanjut maka akan menjadi suatu bentuk kecacatan yang menetap pada anak. Namun, apabila sejak dini gangguan tumbuh kembang sudah terdeteksi, maka kita dapat melakukan suatu intervensi sesuai dengan kebutuhan anak. Melalui intervensi yang dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang anak pada tahap selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang banyak dijumpai di masyarakat, sehingga sangatlah penting apabila semua komponen yang terlibat dalam tumbuh kembang anak, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat dapat bekerja sama dalam melakukan pemantauan sejak dini. Tujuan akhir dari pemantauan dini gangguan tumbuh kembang anak ini tentunya adalah harapan kita dalam terwujudnya generasi harapan bangsa yang lebih baik dan berkualitas.

Sabtu, 17 Desember 2011

TIPS Perawatan Setelah Imunisasi


1.     BCG, bila muncul luka (bisul) di tempat penyuntikan, tidak perlu diobati, hal ini merupakan hal yang wajar muncul setelah pemberian BCG. 
2.     DPT dan campak, bila panas berikan obat penurun panas. Obat penurun panas dapat diminum setiap 4-6 jam jika anak panas, konsultasikan dosis obat kepada dokter anak. Pada imunisasi campak, panas bisa muncul kurang lebih seminggu setelah imunisasi.

Tips Menghadapi Bencana


Oleh: dr. Nurcholid Umam K

Bencana kerap terjadi di Indonesia. Beragam bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Banyak korban yang meninggal dunia karena bencana di Indonesia. Berbagai macam bencana baik bencana alam maupun bencana buatan manusia atau kombinasi keduanya dapat terjadi di sekita kita seperti banjir bandang, kebakaran, tanah longsor, gempa bumi, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, pesawat jatuh dan lain sebagainya. Banyak cara yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengurangi jatuhnya korban bencana tetapi masih saja korban berjatuhan. Untuk lebih meminimalisir jatuhnya korban karena bencana, maka diperlukan kesiapan dari semua pihak. Keluarga merupakan unsur terkecil dalam masyarakat yang harus mempersiapkan diri menghadapi bencana. Beberapa hal penting yang harus disiapkan oleh sebuah keluarga untuk menghadapi bencana di Indonesia akan diuraikan berikut ini.
  1. Kenali lingkungan tempat keluarga Anda tinggal.
Lingkungan tempat tinggal adalah tempat kita dan keluarga kita setiap hari menghabiskan sebagian besar waktu bersama-sama, oleh karena itu sangat penting untuk mengenali lingkungan di sekitar kita yang dapat menjadi potensi bahaya bencana. Dengan mengenali potensi bencana di sekitar lingkungan kita maka dapat kita minimalkan bahaya yang mengancam. Lingkungan tempat tinggal dapat dikategorikan sebagai risiko tinggi atau risiko rendah bencana. Risiko tinggi misalnya jika anda tinggal di bantaran sungai, tepi laut, di bawah bukit, lereng gunung berapi yang aktif, di tempat rendah yang rutin kebanjiran, di tepi hutan atau semak belukar, di dekat lapangan terbuka, dekat bandara, di tepi jalan besar yang ramai, di dekat gedung bertingkat dan di dekat pabrik kimia atau reaktor nuklir. Risiko rendah jika anda tinggal di lingkungan rumah yang jauh dari hal-hal di atas dan sudah ada persiapan dalam menghadapi bencana.
  1. Identifikasilah bencana apa yang potensial menimpa keluarga Anda dan siapkan alat bantu untuk menghadapi bencana.
Identifikasi ini sangat bermanfaat untuk mempersiapkan keluarga anda dalam menghadapi bencana. Beberapa hal penting yang harus anda identifikasi adalah:
  1. Anda yang tinggal di bantaran sungai dan daerah rawan banjir, pastikan bahwa rumah anda siap menghadapi banjir di musim hujan dan tidak ada ancaman longsor ketika bantaran sungai tergerus arus dengan membangun talud. Pastikan juga terdapat pagar pembatas agar anak-anak tidak terjatuh ke sungai. Siapkan bangunan dua lantai untuk pengungsian sementara dan mengungsikan barang-barang. Selalu siapkan jeriken besar atau ban dalam mobil sebagai pelampung darurat jika tiba-tiba banjir, lebih baik lagi jika setiap 10 rumah mempunyai 1 perahu karet sendiri. Ajarkan berenang pada anggota keluarga. Segeralah mengungsi jika banjir semakin tinggi.
  2. Jika anda tinggal di tepi laut, waspadalah dengan tsunami dan badai. Jika terjadi gempa bumi, segeralah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dari pantai. Jangan membangun rumah terlalu dekat dengan pantai karena ombak besar dapat menjadi bencana. Tumpuklah batu-batu besar sebagai pemecah ombak. Tanamlah bakau atau pohon kelapa di tepi pantai sebagai penahan ombak dan mencegah intrusi. Ada baiknya rumah anda mempunyai ruangan bawah tanah untuk tempat mengungsi jika terjadi badai. Jangan lupa siapkan jeriken besar atau ban dalam mobil sebagai pelampung darurat, lebih baik lagi jika anda dapat menyiapkan perahu.
  3. Bagi anda yang tinggal di bawah bukit atau di lereng gunung berapi, pastikan lebih dulu bahwa bukit atau lereng yang anda tinggali tidak terancam longsor. Bukit yang rawan longsor biasanya gundul dan tidak terdapat tanaman berbatang dan berakar besar, kadang dapat anda temukan juga rekahan tanah yang cukup lebar dan panjang. Jika anda berhasil mengidentifikasinya, segera konservasi bukit tersebut, tanamilah dengan tanaman-tanaman berbatang dan berakar besar, mintalah bantuan pusat konservasi lahan atau universitas terdekat. Jika lereng yang anda tinggali berada di gunung berapi yang masih aktif, pastikan anda segera mengungsi jika akan meletus. Jangan tinggal di jalur lahar atau awan panas, bertanyalah pada pejabat desa setempat tentang jalur lahar dan awan panas.
  4. Anda yang tinggal di tepi hutan atau semak belukar, waspadalah dengan bahaya kebakaran pada musim kemarau dan bahaya binatang buas. Jangan biarkan anak anda bermain tanpa pengawasan. Sebarkan garam kasar setiap malam di sekeliling rumah anda. Berilah pagar yang tinggi dan jagalah agar selalu tertutup. Telitilah lebih dahulu jika anda akan masuk rumah setelah lama bepergian karena ular kadang bersarang di rumah yang lama kosong. Periksa mobil anda ketika akan dipakai untuk berjaga-jaga adanya ular yang masuk ke dalam mobil. Bersihkan dan bakarlah belukar yang dekat dengan rumah anda, api dapat menakuti hewan buas agar menjauhi rumah anda. Jika terjadi kebakaran, buatlah parit yang cukup lebar di sekeliling rumah anda. Siapkan sumber air (misalnya air sumur) di halaman rumah untuk memadamkan kebakaran.
  5. Bagi anda yang tinggal di dekat tempat terbuka misalnya lapangan atau sabana, waspadalah dengan bahaya petir, pasanglah penangkal petir di rumah anda. Jangan berlindung di bawah pohon jika hujan, petir kadang menyambar pohon yang berada di tempat terbuka. Lebih baik mematikan sumber listrik jika banyak terjadi petir.
  6. Anda yang tinggal di pinggir jalan besar, dekat bandara atau terminal, pilihlah bahan bangunan yang kuat, terutama bahan yang terbuat dari kaca agar tidak mudah pecah jika ada getaran kuat. Buatlah pagar dari batako atau semen yang kuat untuk berjaga-jaga jika ada kendaraan yang nyelonong ke rumah kita. Tanamlah tanaman pagar, perdu atau pohon dengan daun yang rimbun di sekeliling rumah untuk meredam bunyi dan polusi. Selalu tutup pintu pagar depan agar anak kita tidak berlari keluar rumah tanpa pengawasan. Sediakan penutup telinga terutama untuk bayi.
  7. Jika rumah anda berada di antara gedung-gedung bertingkat, waspadalah ketika gempa bumi terjadi. Pastikan ada tempat berlindung di sekitar rumah anda, lebih baik lagi jika anda membuat ruang bawah tanah yang terlindung kuat untuk bersembunyi ketika gempa terjadi.
  8. Jika tempat tinggal anda dekat dengan pabrik kimia atau reaktor nuklir, waspadalah dengan bahaya kebakaran atau kebocoran reaktor. Mintalah pengelola pabrik atau reaktor untuk bertemu dan menjelaskan tingkat keamanan dan prosedur peringatan bahaya yang mereka siapkan untuk penduduk sekitar. Mintalah tanda sirine dipasang agar dapat didengar semua penduduk sekitar ketika terjadi bencana. Segera mengungsi sejauh mungkin jika terjadi kebakaran atau kebocoran reaktor.
  1. Siapkan obat-obatan gawat darurat dan alat bantu medis sederhana.
Beberapa jenis obat-obatan gawat darurat berikut ini sebaiknya anda siapkan di rumah untuk berjaga-jaga bila ada bencana: Larutan antiseptik, Alkohol 70% untuk membersihkan alat atau untuk kompres demam, obat asma inhaler dan tablet, larutan Oralit, obat jantung, obat diabetes melitus, obat antasida untuk penyakit maag, obat demam, obat anti nyeri, obat anti kejang, minyak kayu putih, salep anti nyeri otot, salep luka bakar, tetes mata.
Sedangkan alat-alat medis sederhana yang sebaiknya anda siapkan di rumah adalah: Plester luka, plester biasa untuk merekatkan kassa, kain kassa steril dan yang tidak steril, kapas steril dan yang tidak steril, kain verban mitella ukuran sedang dan besar untuk pertolongan pertama patah tulang, gunting kecil untuk memotong kassa atau plester, alat pembersih telinga, termometer suhu badan, spatel tongue (bilah kayu tipis untuk mencegah lidah tergigit ketika anak mengalami kejang)
  1. Sediakan peralatan darurat dan alat komunikasi di rumah anda.
Peralatan yang sebaiknya anda siapkan di rumah adalah senter/sentolop, korek api gas, lilin, jas hujan, generator listrik ukuran kecil, pisau lipat dan jika ada sediakan tenda atau kain terpal.
Alat komunikasi yang biasa kita pakai adalah telepon baik telepon genggam maupun kabel. Alat ini sangat bermanfaat jika masih berfungsi saat bencana, tetapi kadang saat bencana terjadi, jalur komunikasi konvensional ini akan terputus pula. Jika anda mampu, belilah pesawat radio komunikasi atau Handy Talkie (HT) dan berkonsultasilah pada organisasi RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) atau ORARI di tempat tinggal anda. Alat komunikasi sederhana yang dapat kita buat sendiri adalah kentongan. Alat ini sangat membantu dalam keadaan bencana untuk berkomunikasi dengan tetangga atau tim penolong.
  1. Sediakan buku-buku sederhana tentang bencana.
Sebaiknya anda siapkan buku-buku tentang berbagai macam bencana untuk lebih mengetahui tanda-tanda dan gejala alam yang biasanya muncul ketika bencana akan terjadi. Hal ini akan membuat anda dan keluarga lebih merasa aman karena mengetahui lebih banyak tentang potensi bencana di lingkungan anda.
  1. Berlatihlah dengan anggota keluarga.
Ketika hari libur, buatlah sebuah permainan kecil atau simulasi dengan seluruh anggota keluarga seakan-akan terjadi bencana. Simulasi akan membuat kita lebih paham apa yang harus dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga.
  1. Buatlah kelompok penanggulangan bencana di lingkungan Anda.
Tidak ada salahnya jika anda bersama-sama dengan tetangga sekitar membentuk kelompok penanggulangan bencana ini untuk memudahkan koordinasi dan tindakan awal. Selain itu, dengan saling mengenal anggota keluarga lain, maka anda dapat menentukan mana yang harus ditolong lebih dulu. Biasanya orang tua, anak-anak dan ibu-ibu menjadi prioritas pertama untuk evakuasi. Kelompok ini diharapkan terus berlatih dan menambah pengetahuannya tentang penanganan bencana.

Demikian sekilas tentang pentingnya persiapan keluarga dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan setiap keluarga akan membuat masyarakat siap menghadapi bencana dan hal ini dapat mengurangi jatuhnya korban sia-sia.

Imunisasi hepatitis B pada bayi prematur dan berat badan lahir rendah



Rekomendasi tentang waktu pemberian imunisasi hepatits B pada bayi prematur dan BBLR beberapa kali berubah sebab ada data menegenai imunogenitas dan efek samping potensial. Awalnya American Academic of Pediatrics merekomendasikan penundaan imunisasi hepatitits B sampai bayi prematur atau BBLR mencapai berat 2000 g atau usia 2 bulan. Setelah beberapa penelitian membuktikan bahwa bayi prematur dan BBLR mempunyai respon yang adekuat untuk diimunisasi saat usia kronologis 30 hari sepanjang berat badan bertambah, dan beberapa menunjukkan respon vaksin adekuat pada usia 7 dan 14 hari. Usia pasca natal merupakan faktor penentu dibanding berat badan atau usia kehamilan. Bayi tersebut mempunyai antibodi protektif yang sebanding dengan bayi matur pada usia 9-12 bulan setelah mendapat 3 dosis imunisasi.
Rekomendasi terakhir terhadap jadwal pemberian imunisasi hepatitis B bayi perematur dan BBLR berdasarkan BB (> 2000 g) dan status HBsAg ibu. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg negatif sebaiknya diimunisasi saat lahir jika beratnya minimal 2000 g. Dosis ke-2 diberikan minimal 4 minggu setelah dosis pertama dan dosis ke-3 diberikan 16 minggu setelah dosis pertama dan 8 minggu setelah dosis 2 tetapi sebelum mencapai usia 6 bulan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2000 g dan ibu HBsAg negatif diimunisasi saat usia 30 hari atau saat pulang jika belum mencapai usia 30 hari. Jadwal selanjutnya sama dengan bayi berat > 2000 g. Pemeriksaan titer antibodi pada kelompok bayi ini tidak diperlukan.
Jika status HBsAg ibu tidak diketahui , semua bayi prematur dan BBLR mendapat vaksin hepatitis B dalam 12 jam setelah lahir. Oleh karena respon antibodi bayi berat < 2000 g kurang dapat dipercaya dibanding bayi berat > 2000 g atau lebih, bayi lebih kecil sebaiknya juga mendapat hepatitis B immunoglobulin (HBIG) dalam 12 jam setelah lahir. Bayi berat > 2000 g mendapat HBIG segera setelah ibu dipastikan HBsAg positif, tetapi sebelum bayi mencapai usia 7 hari. Jadwal vaksinasi selanjutnya dan waktu pemeriksaan titer antibodi dapat dilihat dari tabel 1.
Jika status HBsAg ibu positif, semua bayi prematur mendapat vaksin dan HBIG dalam waktu 12 jam setelah lahir, tanpa melihat berat badan. Bayi berat > 2000 g mendapat vaksin tambahan sesuai jadwal, tetapi memerlukan pemeriksaan anti-antigen permukaan hepatitis B (anti- HBsAg) dan HBsAg dalam 3 bulan setelah melengkapi seri primer vaksinasi hepatitis B. Jika hasil tes keduanya negatif, bayi mendapat tambahan 3 dosis vaksin lagi dengan interval pemberian 2 bulan dan diulang pemeriksaan anti- HBsAg maupun HBsAg. Jika hasil tes keduanya masih negatif, bayi tidak terinfeksi hepatitis B tetapi tidak respon terhadap imunisasi yang diberikan, sehingga tidak perlu diperlukan imunisasi hepatitis B tambahan. Jika berat bayi < 2000 g dosis pertama tidak dihitung. Pemeriksaan dan imunisasi tambahan selanjutnya sama seperti bayi > 2000 g.
Beberapa faktor mendukung pemberian vaksin hepatitis secepatnya. Bayi prematur yang di rumah sakit terpapar sejumlah produk darah dan prosedur pembedahan yang secara teoritis meningkatkan risiko infeksi. Pemberian awal juga mencegah terhadap laporan status HBsAg ibu yang keliru dan mencegah paparan terhadap keluarga lain yang memiliki HBsAg positif. 

*Foto by Polihale (Wikipedia)

Hidup Berdampingan Dengan Bencana


Oleh: Nurcholid Umam K*

Beberapa tahun belakangan ini, bencana sering terjadi di negeri kita. Indonesia merupakan salah satu negeri yang terletak di pertemuan 3 lempeng utama bumi yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Lempeng ini bertemu tepat di sekitar kepulauan Sulawesi - Maluku dan memanjang ke berbagai arah sebagai sesar aktif, ke timur di sepanjang kepulauan Papua, ke utara hingga ke kepulauan Filipina, ke laut Banda membelok ke barat melewati kepulauan NTT, NTB, Kepulauan Sumbawa, Flores, Bali, Jawa hingga Sumatera. Konsekuensi letak geografis ini maka Indonesia memiliki ribuan gunung api yang selalu aktif, jajaran perbukitan ribuan kilometer yang berpotensi longsor dan yang paling sering terjadi adalah gempa bumi akibat pergeseran lempeng-lempeng tersebut yang selalu aktif bergerak sepanjang waktu.
Konsekuensi ini menyebabkan 280 juta penduduk Indonesia mendapatkan dua hal, yang pertama berkah alam berupa kesuburan tanah yang tiada bandingan dan yang kedua adalah bencana alam yang mengancam setiap saat. Saat ini usaha-usaha untuk menekan potensi bencana terus dilakukan, tetapi tidak semua bencana dapat dikendalikan karena sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memperkirakan bencana dengan akurat, terutama untuk tanah longsor dan gempa bumi.
Langkah bijak yang dapat kita ambil adalah siap hidup berdampingan dengan bencana. Tidak berarti kita menyerah, tetapi justru bersahabat dengan alam untuk lebih mendalami lagi sifat-sifat alam karena biasanya alam menampakkan gejala-gejalanya jika terdapat ketidaksetimbangan lingkungan atau jika akan terjadi suatu bencana. Jika kita bersahabat dengan alam maka alam juga akan bersahabat dengan kita.
Berikut kita akan mencoba menggali bagaimana hidup berdampingan dengan bencana.
  1. Memperhatikan gejala alam
Alam telah menyediakan segalanya untuk umat manusia. Selain menyediakan sumberdaya untuk dapat dikonsumsi, alam juga menyediakan tanda-tanda bahaya yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia dalam mengenali bencana alam yang akan terjadi. Hal ini memang sulit dilakukan di perkotaan karena tidak ada lagi hal-hal yang alami. Beberapa gejala alam yang dapat kita perhatikan adalah:
  1. Debit air sungai dan reservoir air
Sungai telah lama menjadi patokan datangnya musim kemarau dan penghujan. Bencana kemarau berkepanjangan dapat ditandai dengan keringnya air sungai dan reservoir air seperti sumur. Jika sumur mulai kering dan sungai mulai berkurang volume airnya maka bersiaplah untuk membuat penampungan air untuk persediaan dan memperdalam sumur. Hematlah penggunaan air bersih dan carilah sumber air alternatif di sekitar tempat tinggal Anda. Jika hujan mulai turun, perhatikan volume air sungai. Jika volume air sungai meningkat dengan cepat, bersiaplah menghadapi banjir. Buatlah talud-talud di pinggir sungai untuk mencegah longsor. Jangan membangun rumah di bantaran sungai. Bersihkan selokan dan parit-parit di sekitar rumah kita selama musim hujan untuk mencegah banjir.
  1. Langit
Selain sebagai penanda adanya mendung sebelum hujan, langit dapat juga menjadi penanda akan datangnya badai dan gempa. Walaupun belum banyak bukti ilmiah, langit dengan awan yang berbentuk tegak lurus ke bumi, sering menandakan akan adanya gempa bumi. Bentuk awan seperti ini terlihat di kota Kobe di Jepang sebelum datangnya gempa bumi besar di tahun 1995, oleh karena itu sering disebut dengan awan Kobe dan sempat muncul juga sebelum gempa di Jogjakarta dan Nias. Bentuk awan yang bergumpal-gumpal hitam dan tampak rendah, biasanya menandakan akan datangnya badai atau angin topan. Mendung dengan petir juga harus diwaspadai. Penangkal petir sangat bermanfaat dipasang di rumah-rumah yang berada di bukit-bukit, lapangan terbuka atau di sabana (padang rumput).
  1. Tumbuh-tumbuhan
Pepohonan di sekitar kita bisa menjadi penanda akan adanya bencana. Daun pohon yang mengering dan meranggas menandakan datangnya musim kemarau.

  1. Perhatikan perilaku binatang
Perilaku binatang kadang sangat bermakna sebagai penanda. Anda yang tinggal di lereng gunung atau bukit, perhatikan binatang-binatang liar di sekitar Anda. Jika banyak binatang liar yang turun meninggalkan daerah lereng bagian atas, kemungkinan akan terjadi erupsi gunung berapi atau adanya kebakaran hutan di lereng tersebut. Kucing dan anjing yang terlihat gelisah kadang menjadi penanda akan adanya gempa bumi atau banjir. Perhatikan kolam ikan Anda, jika ikan terlihat gelisah dan selalu di permukaan, banyak cacing tanah yang keluar ke permukaan dan ular mulai bermunculan di permukaan tanah, waspadalah dengan gempa bumi.

  1. Usahakan konservasi alam
Jika Anda tinggal di perkotaan atau di tempat yang padat penduduk, tanda-tanda alam menjadi sangat sukar diamati. Usahakan konservasi alam di sekitar rumah Anda. Bersihkan parit dan sungai dari tumpukan sampah. Buatlah reservoir air sebanyak mungkin di tempat-tepat yang dapat diakses masyarakat banyak. Buatlah taman-taman kota dan pertahankan daerah resapan air. Tanamlah pohon-pohon besar di sepanjang jalan dan di pemukiman penduduk.
  1. Rajinlah mengikuti prakiraan cuaca
Acara prakiraan cuaca di televisi atau radang kadang menjadi sajian yang terlewatkan begitu saja padahal akan sangat bermanfaat jika kita perhatikan apa yang akan terjadi di wilayah kita. Badan Meteorologi dan Geofisika akan memberikan peringatan datangnya bencana yang bisa diprediksi seperti adanya badai, gelombang pasang dan hujan volume tinggi lewat media.
  1. Perhatikan siklus musim
Musim di Indonesia hanya terdiri dari musim hujan dan kemarau. Hal ini lebih mempermudah kita memperhatikan pergantian musim walaupun akhir-akhir ini akibat pemanasan global dan mencairnya es di kutub, menyebabkan pergeseran musim dan ketidak pastian kapan datangnya musim yang baru. Pergantian musim harus kita persiapkan dengan matang agar tidak menjadi bencana baik kekeringan, kurangnya bahan pangan, banjir atau penyakit. Beberapa penyakit akan menjadi endemis ketika musim berganti. Pergantian musim kemarau ke musim hujan dan sebaliknya biasanya menjadi ledakan penyakit demam berdarah dan influenza. Malaria akan melonjak ketika rawa-rawa mulai terisi air. Anthrax mulai menetas sporanya dan terbang bersama debu pada musim kemarau. TBC menjadi mudah berkembang biak ketika udara lembab.
  1. Perhatikan kejadian bencana di sekitar Anda
Semakin berkembangnya informasi global, memudahkan Anda untuk memperhatikan kejadian bencana di sekitar tempat tinggal Anda untuk bisa dipelajari siklusnya dan diwaspadai datangnya serta diminimalisir jatuhnya korban. Beberapa bencana seperti banjir, kemarau panjang dan epidemi penyakit dapat diketahui siklusnya sehingga dapat diantisipasi.
  1. Ikutilah penyuluhan, pelatihan dan seminar-seminar tentang bencana
Saat ini banyak sekali penyuluhan, seminar dan pelatihan tentang bencana yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun LSM. Ikutilah materi yang sesuai dengan daerah Anda tinggal. Buatlah catatan-catatan penting dan sampaikan ke seluruh anggota keluarga. Simpanlah alamat dan nomor telpon pembicara untuk dapat mengadakan korespondensi tentang masalah bencana yang Anda hadapi.
  1. Bacalah buku-buku tentang penanggulangan bencana
Belilah buku-buku tentang penanggulangan bencana dan bacalah bersama seluruh anggota keluarga. Pilihlah buku-buku yang sederhana dan ringan untuk dapat dipahami seluruh anggota keluarga.
  1. Ajarilah keluarga Anda tentang bencana
Jika sempat, sisihkan sebagian waktu Anda bersama keluarga untuk mengenal tentang bencana dan belajar bersama. Pelajarilah bagaimana mengenali bencana, cara menolong diri sendiri, menolong anggota keluarga lain, menggunakan alat-alat darurat dan melakukan pertolongan pertama (P3K) bagi korban yang luka.
  1. Berlatihlah untuk keadaan gawat darurat
Jangan lupa, sebagai langkah antisipasi, berlatihlah untuk keadaan gawat darurat di rumah. Buatlah simulasi apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. Buatlah simulasi bencana yang sesuai dengan kerawanan di daerah Anda masing-masing. Buatlah prosedur penyelamatan diri untuk seluruh anggota keluarga termasuk pembantu rumah tangga, buatlah skenario penyelamatan diri jika terjadi bencana dan jika ayah ibu tidak ada di rumah. Buatlah prioritas apa yang harus dilakukan lebih dulu serta apa saja yang harus diselamatkan. Ajarilah untuk melakukan penyelamatan dengan berbagai macam cara, ajari juga untuk melakukan pengobatan luka-luka dan penanganan patah tulang sementara, ajarkan juga cara-cara pijatan jantung paru (resusitasi) serta nafas buatan, berlatihlah sampai bisa.
  1. Bentuklah kelompok penanggulangan bencana
Sebagai langkah antisipasi, ajaklah tetangga Anda untuk berdiskusi bersama dan berlatih jika ada bencana. Jika dapat, bentuklah kelompok penanggulangan bencana dengan tetanga-tetangga Anda. Lebih baik lagi jika dapat difasilitasi oleh Ketua RT setempat agar lebih terorganisir. Belilah secara patungan alat-alat yang berharga mahal seperti perahu karet, generator listrik, tenda untuk mengungsi, sleeping bag, lampu emergency, pesawat HT dan buatlah pelatihan dengan mengundang tim SAR atau pakar bencana untuk berlatih bersama.
  1. Persiapkan peralatan darurat
Peralatan darurat yang harus dimiliki setiap keluarga adalah lampu senter, jas hujan/ponco, pisau lipat, korek api gas, cadangan makanan instant, cadangan air bersih, pakaian, selimut dan alas tidur.
  1. Persiapkan alat komunikasi dan transportasi
Alat komunikasi dan transportasi merupakan hal vital yang harus disiapkan oleh setiap keluarga. Periksalah selalu telepon seluler Anda agar tetap terisi baterainya dan tersedia pulsanya untuk digunakan dalam keadaan darurat. Simpanlah nomor-nomor darurat seperti nomor dokter keluarga, rumah sakit terdekat, kantor polisi, pemadam kebakaran, kantor kelurahan, tim SAR dan nomor penting lain yang dapat Anda hubungi dalam keadaan darurat. Tempelkan nomor-nomor penting ini di dekat telepon rumah Anda agar semua anggota keluarga dapat membacanya. Alat transportasi menjadi sangat penting dalam keadaan darurat. Jika Anda mempunyai mobil atau motor, yakinkan bahwa kendaraan Anda siap dipakai setiap saat. Jika Anda tidak memiliki kendaraan sendiri, pastikan Anda dapat mengakses nomor telepon taksi atau ojek di sekitar Anda. Jangan lupa, motor atau mobil milik tetangga Anda bisa dipinjam untuk keadaan darurat, lebih baik lagi jika di lingkungan Anda bergiliran menyediakan kendaraan untuk keadaan darurat.
  1. Persiapkan jalur evakuasi dan tempat pengungsian
Anda yang tinggal di daerah lereng gunung berapi yang aktif, daerah banjir, daerah pantai yang rawan tsunami dan daerah yang rawan kebakaran, jalur evakuasi merupakan hal yang penting. Buatlah kesepakatan dengan tetangga-tetangga Anda untuk memilih tempat pengungsian yang aman. Di daerah gunung berapi, buatlah papan penunjuk jalan jalur evakuasi, pilihlah daerah lapang yang berjarak paling tidak 7-10 km sebagai tempat pengungsian. Di daerah banjir, pilihlah daerah yang cukup tinggi dan lapang untuk menampung pengungsi. Bekerjasamalah dengan pihak kepolisian dan TNI untuk keadaan darurat.

Demikian beberapa tips cara hidup berdampingan dengan bencana. Semoga dengan persiapan yang bagus, kita dapat mencegah keluarga kita menjadi korban akibat bencana.

* Penulis adalah praktisi klinis dan pemerhati masalah bencana